Jumat, 05 September 2008

Kegiatan Almanaar

LOMBA PIDATO 3 BAHASA WARNAI PENUTUPAN MUHADLOROH OSPAL



PesanTren, Rabu (27/8) kemarin, kegiatan santri berupa muhadloroh atau berpidato secara resmi ditutup pembina OSPAL Al-Manar, Ust. Qodri. Disamping acara seremonial yang dimulai sejak jam 09.00-11.30, saat itu juga diadakan lomba pidato dalam tiga bahasa yaitu Arab, Inggris dan Indonesia serta lomba baca puisi karya para santri sendiri.

"tradisi semacam ini sudah berlaku sejak dulu dan kami mencoba untuk meningkatkannya menjadi lebih baik lagi dari tahun ke tahun." kata ust. Hamdan di dalam sambutannya mewakili ust. Musta'in yang sedang ikut seminar Syi'ah di Bogor, Jawa Barat.

"penutupan kali ini cukup menggembirakan kami, sebab semua panpel bekerja maksimal." kata ketua panpel Agung Samudra didampingi A. Mughni selaku sekretarisnya.

"untuk dewan juri, sengaja kami pilih dari ustadz yang kompeten di bidangnya masing-masing, seperti miss Vidiani juri bahasa Inggris, ustadz Shofwan dan Ridwan dari LIPIA Jakarta di bidang bahasa Arab." ujar Pembina OSPAL Al-Manar yang merangkap jadi juri baca puisi.

Sebagai pemenang juara kesatu dan kedua dari lomba di bidang pidato bahasa Arab adalah David Kenedi (IV) dan A. Muarrifin (VI), pada pidato bahasa Inggris oleh Eka Sri Taryanti dan Zonera S.A (keduanya dari kelas VI), sementara dari pidato bahasa Indonesia dimenangkan oleh Lukman Arifin (II), Yesi Amelia (IV) serta Tri Mergowati (IV) dan Diah Puspaning Tyas (II) di bidang baca puisi.

"Wah, kenapa aku nggak diberi kabar jika ada perubahan waktu. Aku ingin betul lho melihat aksi panggung kalian." Ujar pak Edi ketika datang ke pondok pesantren dan melihat acara sudah bubar.(P-00)

SEORANG ALUMNI AL-MANAR BENTUK ANTI SYI'AH CENTER


PesanTren, selama sepekan (7 hari) penuh sejak 19/8 hingga 26/8 kemarin, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) beserta mitranya mengadakan Training of Trainer (ToT) tentang masalah Syi'ah di Bogor, Jawa Barat. Pondok Pesantren Al-Manar, diwakili oleh ustadz Musta'in ikut dalam diklat tersebut sempat mengatakan kepada kami, bahwa seluruh pesertanya mampu berbahasa Arab.

"pematerinya memang langsung dari sana dan yang cukup berat bagi saya adalah membuat makalah sebagai syarat mendapatkan sertifikat……" tutur Musta'in via telpon ketika kami hubungi.

"tutor memang semuanya berasal dari timur tengah yang sudah menguasai sepak-terjang Syi'ah dan seluk-beluknya. Dari Mesir 4 orang, Yaman 2 orang dan Saudi Arabia 1 orang" kata A. Faris, Lc. MSi. Seorang alumni Al-Manar yang kebetulan menjadi moderator diklat. Sebenarnya, kata Faris, Lc. MSi, diklat ini terbagi 2 gelombang yaitu dari 19-21/8 diikuti oleh kalangan dari dalam DDII dan dari 22-26/8 oleh mitra DDII.

"dengan diadakannya diklat ini kita akan bentuk Forum Studi Kritis Syi'ah (FSKS) sebagai basis dalam mengantisipasi gerakan Syi'ah di Indonesia. Sayangnya, ujung-ujungnya saya jua yang diamanati untuk memimpin forum ini" ungkap Faris di sela-sela santainya.

Kegiatan diklat ini sengaja dibuat padat dan tepat waktu karena memang Islam menyuruh demikian. "bayangkan aja, selepas sholat Subuh tuh, langsung masuk ruangan, dengar, diskusi, catat dan buat makalahnya." kata Musta'in menyinggung soal waktu pelaksanaan.

"mungkin lantaran kelelahan inilah, saya akhirnya kena diare." tutup Musta'in mengakhiri berita ini. (P-00)



AL-MANAR IKUTI LOMBA BACA KITAB

AL-MANAR--. Depag (depertemen agama) sarolangun kembali mengadakan lomba baca kitab dan diikuti seluruh pondok pesantren. Tak terkecuali juga pon-pes Almanar. Lomba yang dilaksanakan pada tanggal 25/08/2008 itu di hadiri oleh berbagai pondok pesantren sekabupaten sarolangun. Seperti pon-pes Nurulhuda (sarolangun), syafi'iyyah (pauh), dan Alfatah (singkut II).

Kitab yang diujikan adalah kitab fathul qorib dan tafsir jalalain. Setiap pon-pes diharuskan mengutus 3 (tiga) dari santrinya, untuk kelas ula, wustho dan 'ulya. Tapi ponpes Almanar hanya mengutus 2 (dua) orang dari santrinya, satu putra dan satu putri. Faula (santriwati utusan dari ponpes al-manar) saat di konfirmasi wartawan pesanTren kemarin mengungkapkan ;"kitab yang dilombakan itu adalah kitab yang tidak pernah kami pelajari!, tapi Alhamdulillah kami bisa menjawab, ya walaupun kurang memuaskan." Ujarnya disela-sela tawanya.

Tujuan diadakan lomba qiroatul kutub (baca kitab) ini,diantaranya agar santri bisa membaca kitab gundul atau yang tidak ada barisnya. Sedangkan pengumuman juaranya akan dibacakan pada tanggal …………nanti. (ae/f)



TIGA HARI PELATIHAN IQRO' SANTRIWATI ALMANAR


AL-MANAR--.Masih terlihat keceriaan diwajah santriwati-santriwati ponpes almanar setelah mendapat piagam penghargaan sebagai hasil kelulusan pelatihan iqro'. Pelatihan yang diadakan pada tanggal 15-18 agutus 2008 kemarin. Pelatihan ini diikuti peserta santriwati sebanyak 35 orang khususnya yang sudah kelas aliyah. Acara yang berjalan selam 3 hari ini diikuti dengan sangat antusias, maklum karena hal semacam ini baru pertama kali dilaksanakan di ponpes al-manar tersebut. Dari 35 peserta tersebut, hanya 18 orang yang dinyatakan lulus.

Menurut ustadz hasan selaku pembimbing acara tersebut bahwa guna dari pelatihan tersebut, agar para santriwati bisa lebih memahami bagaimana cara atau system mengajar iqro' untuk balita atau lansia (lanjut usia). "saya mengharapkan agar para peserta benar-benar serius dalam mengikuti pelatihan ini, karena jarang ada pesantren yang mengadakan latihan cepat membaca iqro' ini." Ujarnya mengetengahi.

Beliau juga menambahkan; bahwa peserta yang telah dinyatakan lulus tersebut dibebankan agar bisa mengajar santri yang kelas 1 sampai 3 SMP. (ai/y)

KETIKA SURATKU DITANGKAP USTADZ

alam ini adalah malam muhadloroh. Semua santri telah mempersiapkan dirinya masing-masing, sementara aku masih terpaku di atas pembaringan di temani Magdalena yang sudah minta ijin tidak ikut kegiatan ekstra kurikuler. Kami berdua hidup dalam lamunan kami sendiri-sendiri seiring detak jam di dinding kamar asramaku. Sejurus kemudian Titin datang sambil berteriak, "Rin…Rini…cepat…ustadz memanggil kamu.".

"Ya robbi, tolonglah hambamu ini. Jangan Engkau uji hambamu ini dengan ujian yang tak mampu kujalani." Doaku dalam hati sambil duduk di atas pembaringan.

"iya…" jawabku sembari kupasang jilbab hijau muda kesukaanku dan kukenakan kaos kaki serta deker lenganku. Setelah bercermin sebentar, akupun melangkah diantara kepastian dan kegamangan jiwa menuju ruang sidang, di kantor.

"Assalamu'alaikum…" sapaku kepada para ustadz yang sudah duduk di kursinya masing-masing.

"Wa'alaikumus salam…" jawab mereka lirih tapi cukup serempak.

"silakan duduk, Rini…" ujar ustadz Dzulqarnain mempersilakanku.

Akupun duduk di kursi plastik lusuh dan pudar warnanya. Namun sewaktu aku tegakkan kepalaku, betapa terkejutnya hati nurani ini melihat apa yang ada di depan pandanganku.


KETIKA SURATKU DITANGKAP USTADZ

Chapter two

By Haifa Sanasibuka


Dengan langkah gontai, cemas dan selaksa kebimbangan lainnya, kumencoba untuk tegar mengahadapi kursi pesakitan yang hanya disediakan buatku. Temaramnya lampu lantaran tegangan PLN turun serasa menyilaukan mata tatkala kupandang ada 4 ustadz bakal menanyaiku malam ini.

"Assalamu'alaikum." sapaku ketika menginjakkan kaki di ubin pertama pintu kantor pengadilan ini setelah melepaskan alas kaki. Dinginnya ubin pun serasa menusuk telapak kakiku yang sudah terbungkus kaos kaki tebal.

"Wa'alaikumus salam." jawab salah seorang ustadz yang kukenal baik, sementara lainnya tak kudengar apa beliau-beliau itu menjawab atau tidak meskipun aku yakin salamku pasti dijawab mereka.

"Duduklah, Rini." kata ustadz Farid membuka percakapan. Aku cuma diam dan langsung duduk di kursi khusus buatku tanpa menundukkan kepala sedikitpun seperti kawan-kawanku lainnya jika terkena sidang seperti ini.

Sejenak semuanya terpaku oleh alam lamunannya masing-masing. Begitulah suasana yang dapat kutangkap saat itu. Hanya seorang ustadzlah yang rasa-rasanya mengerti apa yang tersirat dalam sanubariku hingga tanpa kusadari, akupun menundukkan kepala dan hati kecilkupun mulai terisak lantaran pandangannya. Isak tangis nan tak dapat difahami orang selain seorang ustadz yang membuatku menundukkan kepala.

"kenapa harus menangis ?." ujarnya memecah kebisuan suasana. Tak pelak lagi, ketiga ustadz lainnya terhentak dari lamunan. Secara spontanitas ketiga ustadz itu memandangi wajahku nan sudah tertunduk lunglai apalagi mereka melihat beberapa tetesan air mata jatuh ke jubah biruku.

"Rini…" kata ustadz Farid lagi.

"iya, ustadz." balasku sembari mengusap air mata.

"apakah selama ini kamu sering bersurat-suratan dengan anak laki-laki di luar kampus pesantren ?." ustadz Dzulqarnain ikut unjuk gigi melihat diriku dalam posisi semacam ini. Aku cuma menggelengkan kepala, tak mampu menatap sorot matanya.

"ah…yang bener aja Rin…lantas ini surat untuk siapa ?. ujar ustadz Nabil sambil menyodorkan sepucuk amplop bertuliskan KEPADA ADINDA RINI LAZUARDI tanpa menunjukkan siapa pengirim surat sialan itu.

"Lala…" sapa suara yang sangat kental difikiranku selama 5 tahun ini.

"iya, ustadz." jawabku dengan denyut nadi nan amat kuat. Entah kenapa aku membiarkan nama gaulku beliau pakai dalam menyebut namaku.

"Sesungguhnya Allah telah menjadikan isi alam ini berpasang-pasangan. Ada siang, ada malam. Ada laki-laki, ada perempuan. Ada baik dan ada pula kejahatan. Perjalanan zamanlah yang akan menguji……" tutur suara ustadz itu membuat air mataku berderai bak hujan badai di siang bolong.

Sekujur tubuh ini benar-benar lemas. Kata-kata zamanlah yang akan menguji… adalah kata-kata yang dulu pernah dinasihatkan nenek padaku. Kata-kata itu jualah tanda akhir perpisahan nenek denganku untuk selama-lamanya. Itulah nasihat terakhir nenek padaku dan kini kata-kata itu muncul persis sama seperti yang pernah dituturkan oleh nenek padaku.

"jadi kini ustadz minta kejujuran Lala soal surat tersebut." lanjut beliau membuat mata hatiku serasa berteriak membelah bumi di malam tanpa bulan ini. Namun hasratku itu tak terlampiaskan sebab kini aku sadar jika sekarang adalah zaman yang sedang menguji diriku dan harus kujawab dengan sabar. Ya, sholat dan sabar merupakan terapi utama tatkala zaman sedang menguji.

"alhamdulillah, kini saya sudah faham." gumamku cukup keras sehingga para ustadz pun tampak tersenyum meski penuh keheranan.

"lantas, siapa sebenarnya Renaldi di dalam surat ini ?." ustadz Nabil mencoba menekanku lebih mendalam lagi.

"tidak tahu, ustadz." balasku santai.

"lantas, kenapa tadi kamu bilang saya sudah faham ?." ustadz Nabil kian meninggikan suaranya seakan beliau aku permainkan.

"saya memang sudah faham bahwa zaman harus menguji diri saya dan saya harus membekalinya dengan sholat dan sabar." jawabku dengan tegar sembari menegakkan kepalaku yang sedari tadi lunglai.

"kamu ngelantur kemana sih, ditanya surat koq jawab yang lain." keluh ustadz Nabil. Nafasnya yang naik-turun lantaran kesal bisa kulihat dengan jelas. Aku hanya tersenyum dalam hati.

"Lala…kami perlu kejujuran kamu soal surat ini." tutur ustadz yang selalu membuatku terlena dan terkesima itu.

"sungguh, ustadz. Rini benar-benar nggak pernah bersurat-suratan lagi sejak kejadian dulu. Rini cuma berkirim surat hanya kepada Allah swt saja." jawabku agak sedikit naik pitam.

"hei, jangan kurang ajar disini ya, kamu tahu siapa kami kan !." hardik ustadz Dzulqarnain membuat rasa takutku kembali kambuh lagi.

"kami bisa saja memulangkanmu detik ini juga, kalau kamu nggak mau terus terang masalah surat ini." tambah ustadz yang akrab dipanggil ustadz Dzul. Suaranya lantang seolah menggetarkan keheningan malam nan mulai kian senyap. Seiring suara gelegar ustadz Dzul, kudengar desah suara para santri yang diam-diam mengintip persidangan istimewa ini.

"tapi Rini sungguh tidak pernah bersurat-suratan, ustadz." ucapku sekali lagi dengan memelas.

"lantas yang tertulis di amplop ini surat kepada siapa.!" kata ustadz Nabil ikut naik pitam sambil membanting amplop di atas meja lantaran aku tak jua mengaku.

"jawab…!" lanjut ustadz Nabil melihat aku diam membisu.

"untuk Rini Lazuardi, ustadz." ujarku hambar meski aku tahu apa yang bakal terjadi selanjutnya.

"lantas, siapa R..i..n..i……L..a..z..u..a..r..d..i….itu !." balas ustadz Nabil sembari menekankan kata-kata nama lengkapku kuat-kuat.

Aku sadar, jika jawabanku tadi sungguh-sungguh membuat ustadz serba "lantas" itu memerah-padam wajahnya di dalam temaramnya lampu PLN. "astaghfirullahal 'adzim.." jeritku dalam hati. Akupun beristighfar dalam-dalam karena semua ini lantaran diriku tidak hendak mengakui kebenaran surat yang nyata-nyata ditujukan kepadaku.

"baiklah, kita sudahi dulu sidang malam ini. Kita lanjutkan besok lagi." ujar ustadz Dzulqarnain menengahi situasi yang kian panas di malam tanpa rembulan ini.

"sebaiknya kita selesaikan saja satu pertanyaan ini, malam ini juga." timpal ustadz Nabil yang merasa agak dirugikan pertanyaannya.

"kini sudah jam 12 malam, ustadz Nabil. Anak-anak perlu istirahat." jelas ustadz Dzulqaranain berdalil sehingga ustadz Nabil terdiam jadinya.

Ya, hari sudah tengah malam dan para santri yang nguping di luar kantor masih banyak menunggu dengan harap-harap cemas, keputusan apa yang bakal ditimpakan pada diriku. Namun begitu mendengar perkataan ustadz Dzulqarnain soal penundaan sidang malam ini, serta-merta mereka berlarian kembali ke asrama masing-masing bagai rombongan lebah pulang ke sarang mereka.

"ya sudah." akhirnya ustadz Nabil menyerah pada pendapat ustadz Dzul disamping ustadz lainnya diam tak berkomentar.

"sekarang Rini kembali ke asrama dan besok masalah ini kita lanjutkan kembali." lanjut ustadz Dzul ramah.

"iya, besok kamu harus dating disini, walaupun tidak kami panggil !." tukas ustadz Nabil seolah tidak ingin menyia-nyiakan kata-katanya.

"Insya Allah, ustadz." jawabku sambil menganggukkan kepala.

"nggak pakai kata-kata, Insya Allah. Harus datang !." bantah ustadz Nabil yang tidak rela aku menggunakan kata-kata Insya Allah.

"ya, Insya Allah lah. Umur manusia kan nggak ada yang tahu." akupun terpaksa memberanikan diri membantah kekeliruan ustadz Nabil.

"Hmm, awas kalau hanya mempermainkan kata-kata Insya Allah…" kata ustadz Nabil seraya pergi meninggalkan kantor namun sejurus kemudia beliau masuk kembali.

Setelah aku diijinkan balik ke asrama, beberapa kawan akrabku yang sedari tadi duduk di bangku dekat majalah dinding pesantren segera menemui dan mengerubutiku. Jalanku sedikit sempoyongan sehingga Magdalena dan si macan asrama, Titin, mengira aku hendak pingsan. Akupun mereka papah hingga tiba di asrama lantas membaringkan badanku ke kasur yang sudah kumal lantaran tidak pernah kuganti dengan yang baru. Aku menuruti saja pada perbuatan mereka, hitung-hitung mengurangi pegalnya kakiku.

Insya Allah Bersambung………

Di pembaringan ini, aku lihat kian banyak teman-teman mengerimuni tempat tidurku. Ada yang mengipasi badanku, ada yang memijit-mijit kening dan betisku seraya hendak mendengar tanggapanku terhadap sidang yang cukup melelahkan fikiranku. Ingin rasanya aku menanggapi semua permintaan kawan-kawanku, tapi kurasa lebih baik aku memejamkan mata aja deh…biar disangka aku pingsan…he..he..he..

KETIKA SURATKU DITANGKAP USTADZ

By Haifa Sanasibuka



Selepas sholat Isya' berjama'ah di masjid, akupun bersandar ke dinding untuk melepas lelah setelah seharian penuh menimba ilmu di lautan tak betepi. Dikala membaca doa dzikir sesudah sholat, sekali-kali kutarik nafas panjang-panjang seraya memandang langit-langit masjid yang tampak kian pudar warnanya lantaran usianya yang mulai menua. Sayup-sayup kudengar seorang santriwan menyampaikan sebuah pengumuman di depan mimbar, memanggil satu persatu nama santriwan atau santriwati yang terkena sanksi hukum oleh bagian keamanan dan ketertiban OSIS. Tiba-tiba kudengar namaku dipanggil. "Rina Lazuardi….,ke kantor sesudah ini……" ujar ketua keamanan OSIS dengan keras sehingga membuyarkan semua kekhusu'kanku berdoa.

Seketika itu juga sekujur tubuh ini terasa dingin membeku. Kulihat semua kawan menatapku keheranan. kurasakan sebuah tangan agak kasar memegang lenganku, "apa salah kamu Rin…?" sapa Magdalena yang sekamar denganku.

"Entahlah Len, aku takut…" balasku sambil terbata-bata.

"Kamu ada salah apa Rin…?" tanya kawanku lainnya. Aku diam membisu. Aku tak dapat menjawab pertanyaan kawan-kawanku, sebab kepalaku menjadi pusing diiringi demam menggigil.

Selama 5 tahun aku ada di pondok pesantren ini, tak pernah kulakukan hal-hal yang melanggar aturan pondok yang sangat pokok. Tapi kenapa kini aku harus menghadap ustadz di kantor ?.

"pasti masalah surat dari si dia…" bisik seorang teman yang lamat-lamat kudengar tatkala dia berkata pada Ratna.

"ah, masa…" balas Ratna seakan tak percaya. "anak seperti dia tuh, mau membalas surat dari…. ?" lanjut Ratna namun kata-katanya terputus lantaran sorot tajam mataku menatap kedua gadis itu.

"basing bae kamu ko…" tukas Titin yang dikenal sebagai macan asrama. "orang sedingin dia tu, gak mungkin bersurat-suratan…tahu !" lanjutnya seolah hendak membela diriku.

Memang semua temanku sama-sama tahu bahwa aku anak yang terlalu dingin dalam pergaulan dengan selain jenisku. Pengakuan si macan asramaku tadi membuktikan bahwa aku memang tidak suka bersurat-suratan dengan lain jenis. Apalagi dia tahu bahwa aku dulu pernah disakiti hatiku oleh seseorang yang tidak pernah kusebutkan namanya kepada siapapun di asramaku. Sejak kejadian itulah aku selalu dingin memandang kaum lawan jenisku. Namun kenapa aku harus menghadap ke kantor malam ini ?. apa salahku…..?. Ingin rasanya aku membantah apa yang sudah diumumkan oleh ketua bagian keamanan dan ketertiban OSIS tapi nasi sudah jadi bubur. Semua santriwan dan santriwati sudah mendengar nama RINI LAZUARDI harus mengahadap ustadz ke kantor selepas sholat Isya' ini, titik !.

Detik demi detik berlalu serasa sangat kencang. Aku duduk terhenyak di pintu masjid menunggu panggilan dari ustadz yang akan menyidangku di kantor. Dua atau tiga teman akrabku masih ikut mendampingiku. Si macan asrama yang dikenal garangpun tampak terdiam melihat keterpakuanku di depan pintu masjid. Dia tak berkomentar sepatah katapun selain hanya melihat aku yang membisu, sementara santriwan lainnya lebih banyak pergi meninggalkanku dengan urusan mereka sendiri-sendiri, meski di dalam asramanya, masalahku sudah pasti akan jadi buah bibir omongan mereka.

Dalam penantianku menuju meja eksekusi itu, kulihat di dalam sorot mata Magdalena ingin mengatakan sesuatu padaku, namun dia ragu-ragu.

"kenapa Len…aku tak gentar menghadapinya…kamu jangan khawatir" kataku seakan aku tahu maksud isi hati kecil Magdalena.

"bukan begitu, Rin…" Ujar Magdalena agak terkejut. "sejujurnya aja ya, apa kamu masih bersurat-suratan……" Magdalena ingin melanjutkan kata-katanya, namun segera kuputus agar tidak terus-terusan membahas masa laluku.

"cukup Len…jangan sebut-sebut masalah itu lagi. Aku kini hanya mau belajar dan belajar…, titik…, faham…" cegahku dengan sedikit berteriak.

"lantas kira-kira apa sebabnya kamu harus ke kantor…" Magdalena serasa gak terima dengan tutur kataku tadi.

"mana aku tau…aku kini bingung…jangan kau tambahi lagi dengan hal-hal lain, please deh frend…I hope…I hope" harapku pada Magdalena dan iapun cuma menganggukkan kepala sebagai isyarat dari permohonanku.

"Tuh…tuh lihat…" Ujar Titin sekonyong-konyong, membuat seluruh pandangan kami yang lagi duduk di pintu masjid ini mengarahkan tatapannya ke sosok tubuh yang bakal menginterogasi diriku malam ini.

"duh…mati aku…" kataku dalam hati kecil tatkala kulihat dari empat ustadz yang harus kuhadapi itu ada seorang ustadz yang aku sukai kepribadiannya bakal ikut menginterogasi diriku. Untungnya raut wajahku tak sempat terlihat oleh kawan-kawan yang setia mendampingi diriku saat ini.

Satu persatu para ustadz itu memasuki ruang kantor yang lampunya sudah dinyalakan. Tampak pula seorang santriwan disuruh menghidupkan mesin disel untuk jaga-jaga jika lampu PLN padam. Kursi panaspun sudah disiapkan sebagai tempat duduk bagiku. Dari asrama santriwan dan santriwati, kulirik mereka satu persatu mulai keluar ingin melihat kalau-kalau acara sidang sudah digelar.

Seorang ustadz berambut pirang kulihat menengok ke kiri dan kanan seakan mencari seseorang. Akhirnya iapun mengeluarkan suara paraunya, "Rini…..masuk…ke kantoooor…!". Teriakan ustadz itupun disambut dengan gemuruh kasak-kusuk semua santri yang mulai berhamburan mendekati kantor.

"heh….kesana…kesana…" ujar ustadz pirang tadi mengusir beberapa santriwan yang ingin melihat dari dekat acara persidanganku malam ini.

"huuuuuuu…." seru beberapa santriwan yang diusir ustadz pirang seraya berlarian. Akhirnya mereka duduk direrumputan, tak jauh dari ruang kantor tempat persidanganku. Sementara di sekitar majalah dinding, telah dipadati oleh santriwati yang duduk di bangku madding pondok pesantren. Semuanya sama-sama ingin mengetahui jalannya sidang yang tergolong amat langka ini.

Di pintu masjid ini, aku bersama Magdalena, Titin, Ratna dan Meliani masih bertahan pada kebimbangan. Namun ketika ustadz pirang memanggil namaku untuk yang kedua kalinya, akupun berdiri tegap lalu melangkah dengan ketidak-pastian. Kuhirup nafas dalam-dalam untuk menenangkan diri menuju kursi panas. Genggaman tangan Ratna yang masih terasa erat, kupaksa untuk kulepaskan.

Kini aku harus berani menghadapi masalah sepahit apapun masalah itu. Dalam telingaku masih terngiang tutur sapa nenekku yang kala itu sedang menasihatiku di saat akan tidur, "besok kalau kamu sudah menginjak usia gadis, kamu akan menemui berbagai persoalan hidup. Di waktu itulah kamu akan diuji oleh zaman, apakah engkau gadis berkepribadian luhur atau tidak…" terang nenekku yang wafat di usia hampir 90 tahun.

"kenapa aku harus diuji oleh zaman, nek…" tanyaku ketika aku masih duduk di bangku SD saat itu.

Insya Allah Bersambung………

"kelak kamu akan mengetahuinya sendiri, kenapa zaman akan menguji diri kamu. Sekarang baca doa lalu bobo….." begitu nasihat nenekku setiap kuajukan pertanyaan semacam itu. Sampai kini aku masih belum mengerti apa maksud yang tersembunyi dari nasihat nenekku tersebut.


ANAK BELAJAR DARI KEHIDUPAN


  • Jika anak dibesarkan dengan celaan, maka ia belajar memaki !

  • Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, maka ia belajar berkelahi !

  • Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, maka ia belajar rendah diri !

  • Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, maka ia belajar menyesali diri !

  • Jika anak dibesarkan dengan toleransi, maka ia belajar menahan diri !

  • Jika anak dibesarkan dengan dorongan, maka ia belajar percaya diri!

  • Jika anak dibesarkan dengan pujian, maka ia belajar menghargai !

  • Jika anak di besarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, maka ia belajar keadilan !

  • Jika anak dibesarkan dengan dukungan, maka ia belajar menyenangi dirinya !

  • Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, maka ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan !



By: bulan

Ketenangan hati



Sahabat ……………….

Maafkan aq

Aq harus meninggalkan mu


Percayalah bukan untuk selamanya

Sekali lagi maafkan aq

Aq pergi bukan benci pada mu

Tapi aq pergi mencari ketenangan


Sahabat……………..

bukan aq mengingkari janji ku sendiri

Aq ingin kau selalu tersenyum

Disaat aq tak lagi disisimu

Di saat aq sedang terluka


Ku ingin kau hadapi harimu dengan sabar

Q ingin kau jangan menghalangi q

Q ingin kau ikhlaskan kepergian q ini


Mungki esok hari jita akan bertemu

Dan bersama lagi seperti dulu….


By; cencer girl

Selaput hati



Angin berhembus dengan perlahan

Menandakan berita baik bagi ku

Aku tau……apa yang ia inginkan

Ia kembali membisikkan kerinduan itu pada ku

Kini,,,,,dirinya telah menemani

Hidupku,,,,,,,,

Entah berapa lama aku mencari

Dirinya,,,,,,

Namun pencarian itu telah berahir

Seiring dengan kehadirannya

Kehadirannya mendamaikan kegundahan hati ini

Angina ,,,,,,,,,,,,,

Sampaikan kembali salamku kepadanya…..

Katakana…..kehadirannya akan kujadikan

Obat luka yang lama terabaikan

Katakana……

Aku akan menjaga hatiku yang telah terobati

Akan ku jadikan dia sebagai selaput hatiku

Aku yakin dia tak akan menjadi

Subjek peluka hatiku lagi………

060692








APEL PAGI DI AL-MANAR NYARIS LENGSER



Al-MANAR-Rabu 27/8 peraturan apel pagi di ponpes al-manar yang sudah sekitar 2 bulan berjalan nyaris lengse hal ini disebabkan kurang nya perhatian asatiz terhadap peraturan ini,fazin hisabi selaku ketua OSIS (organisasi santri ponpes al-manar) membenarkan pernyataan ini"tampak nya peraturan apel pagi ini tidak akan bertahan lama"tutur nya, ia menyebut kan juga beberapa penyebab tidak berjalan nya peraturan ini"hal ini disebabkan kurang nya perhatian asatiz terhadap peraturan ini sehingga membuat para santri acuh tak acuh serta bermalas-malasan dalam menjalankan peraturan ini,dan yang lebih mengejutkan lagi dari sekian banyak nya santri yang tidak hadir kebanyakan dari pengurus OSIS"tutur nya,dan untuk kedepan agar peraturan ini tetap berjalan ia sangat mengharap sekali adanya perhatian dari pihak asatiz sehingga tidak ada lagi santri yang bermalas-malasan terutama perhatian dari Pembina OSIS sendiri"untuk kedepan saya selaku ketua OSIS sangat mengharap sekali adanya perhatian dari pihak satizd terutama dari Pembina OSIS sendiri agar para pengurus OSIS serta santri yang lain nya tidak lagi bermalas-malasan"tutur nya.(lp)

Menapak jalan



Senja kini telah berganti malam,aku terus berjalan untuk menawarkan dagangan ku yang masih banyak, aku sedikit melirik jam tangan ku sudah menunjukkan pukul 19 30 wib, namun dari tadi siang hanya beberapa lembar uang ribuan saja yang masuk ke dalam saku ku, padahal besok aku harus membayar uang semester yang menunggak beberapa bulan ini, kalau aku tak bisa membayarnya besok maka aku akan di keluarkan. Aku tak ingin mengecewakan bapak karena bapak pernah berpesan pada ku, sebelum ia menghadap sang kholik!! Zal….. bapak g' mau kamu hidup susah seperti bapak dan jadi orang bodoh seperti bapak, kamu harus sekolah yang tinggi biar kamu tidak seperti bapak ya zal…….! "itu pesan bapak yang terakhir."

Bila aku kuliah terus mungkin bisa, tapi adik ku harus di Operasi Ginjalnya, dan sekarang ia masih berbaring di ranjang putih rumah sakit. Sedangkan ibu juga sudah lama tak berjualan, semenjak adik ku sakit. Biaya Operasi sekarang juga tidak sedikit butuh uang berjuta-juta untuk biaya Operasinya saja, belum perawatannya. Pikiranku terus berputar memikirkan permasalahan ini, bagai mana caranya agar aku tetap bias kuliyah dan adik ku tetap di Operasi, aku terus berjalan dengan gontai menuju rumah ku yang berada dipinggiran kota. Baru saja aku akan membuka pintu terdengar suara yang memanggilaku " Zal……..rizal !"

Aku pun menoleh kebelakang dan kumelihat pak utsman tetangga ku berlari sambil memanggil namaku.

" eehmmm……" pak utsman menghela nafasnya sedikit.

"Zal… nana adik mu bertambah parah…..! kata dokter dia harus segera di operasi, ibu mu menyuruh mu ke rumah sakit dan bawa uang mu yang untuk biaya operasi adik mu"

" ya……iya pak……..! makasih ya pak!"

"ya……..sama-sama bapak pulang dulu ya!"

rizal masuk ke dalam rumah lalu membuka Almarinya, padahal dulu ia kumpulkan uang untuk biaya kuliyahnya, tapi adiknya lebih membutuhkan untuk menyelamatkan nyawanya. Rizal ganti baju dan langsung pergi ke rumah sakit, tempat adiknya di rawat, rizaL menemui ibunya.

" bu….. gimana keadaannya?"

"besok adik mu harus di operasi dan sekarang kita diminta untuk mengurus semuanya dulu."

" ya…………uda bu biar rizal ja yang ngurus semuanya. Sekarang rizal harus menemui siapa dulu?"

" ke dokternya dulu"

"ya uda…"

rizal berjalan pergi menuju ruang dokter dan mengurus semuanya agar adiknya cepat bias di operasi.

Tak ada lagi harapan rizal agar bias tetap kuliyah, uang untuk membayar kuliyah itu di pakai untuk operasi adiknya,pagi ini sekita pukul 08 00 wib





Jumat, 01 Agustus 2008

IJSMM ( Ikatan Jurnalistik Santri Ma'had al-Manaar )

IJSMM akan mengadakan pelatihan jurnalistik yang Insyallah akan diadakan pada:

Hari / Tanggal : Sabtu s/d senin 2 - 4 2008.

Tempat : Kampus al-Manaar Karang mendapo

Pemateri : Pimpinan Redaksi Koran Sarolangun Ekspress

Tujuan minimal yang diharapkan ialah agar para siswa bisa mengolah majalah dinding disekolahnya dengan profesional adapun target harapan yang hendak dicapai ialah terbentuknya majalah al-Manaar.

Struktur kepanitiaan

Penanggung jawab : Ust.Ahmad Hasan

Ketua : Ahmad Mughni

Sekretaris : Agung Samudra

Para peserta terdiri dari :

SMPN Pauh

SMP Muhammadiyyah Singkut

SMA Singkut

SMK Singkut

SMP al-Manaar

MAS al-Manaar

Man Ana?

Sekapur sirih

Media yang berperan penting bagi pendidikan anak adalah keluarga. Kemudian beranjak ketingkat berikutnya, berupa pendidikan formal. Misalnya SD, SLTP,SMA,dan sederajatnya.maju dan berkembangnya sebuah Negara dapat dilihat dari pendidikan yang berada dinegara tersebut. Pendidikan formal dapat dinikmati oleh sebagian besar masyarakat menengah keatas. Sebaliknya pendidikan formal tidak dapat dirasakan oleh anak anak yang tergolong tidak mampu.

Dalam mencerdaskan generasi bangsa, seorang dermawan yang menginfaqnya sebagian hartanya untuk mendirikan sebuah lembaga sekaligus sebagai bukti syukurnya kepada Allah.

Keinginan beliau ini disampaikan kepada seorang Ustadz yaitu Buya Abdullah Shofie, mula mula beliau tidak menanggapinya karena beliau belum siap menghadapi resiko yang akan terjadi. Akhirnya beliau bersedia untuk memenuhi keinginan Haji Abdul Ghoni (almarhum)

Sebagai parsitipasi mencerdaskan generasi bangsa yang berbudi pekerti dan berilmu. Didirikanlah sebuah lembaga yang bernama Al Manaar pada tahun 1991. Nama lembaga ini diambil dari sebuah majalah yang cukup popular pada saat itu yaitu majalah Almanaar.

Pada awalnya lembaga ini berdiri dengan sarana dan prasarana yang belum memadai.Tujuan berdirinya lembaga ini adalah mencetak para pemuda pemudi yang berakhlaq karimah dan mempunyai ilmu pengetahuan sebagai pedoman hidup.

Visi dan Misi

Menjadi pesantern yang mampu menjadi rujukan dalam memurnikan Ajaran Rasulullah Saw yaitu Ihyaussunnah ( menegakkan sunnah ) dan memberantas bid'ah

· Mengajarkan kepada santri tentang pemahaman islam yang benar sesuai dengan Alqur'an dan Hadis

· Membimbing pembentukan keimanan dan akhlaqul karima pada diri santri

· Membangun kerjasama antara pesantern dan pemerintah masyarakat dan lingkungan sekitar.

Kurikulum

Pesantren Almanaar Menggunakan :

· Kurikulum depdiknas 45%

· Kurukulum kepesantrenan 55 %

Kegiatan ekstra kulikuler

Dalam mengembangkan potensi berharga yang ada pada diri santri pesantren Almanar mengadakan beberapa kegiatan ekstra kulikuler:

· Muhadhoroh tiga bahasa Arab, Ingris, Indonesia

· Pelatihan jurnalistik

· LdK melalaui organisasi pondok pesantren Almanaar

( OSPAL )

· Sepak Bola

· Pencak silat

· Demo masak

Sarana dan prasarana

· Asrama

· Dapur Umum

· Perpustakaan

· Kelas

· Ruang computer

· Lapangan sepak bola

· Lapangan bola voly.

· Masjid

Struktur Organisasi pesantren

Pendiri : H Abdul Ghoni Abdullah

Mudir : Buya Abdullah Shofie

Ketua yayasan : DRs.Ahmad Hasan

Pengasuh Yayasan : Musta'in Darsuki

Bendahara : Asro'I

Ketua MAS : Faizal hakim

Kepsek SMP : Vidiani

Pengajar

Adapun para pengajar merupakan Alumni Alazhar, IAIN Jambi, IAIN sunan Ampel Surabaya,Pesantern Persis Bangil, Pesantern Darussalam Lampung, Unpad,EL-SIA Bogor,Alumni terbaik almanaar

Waras A.Md

Hanif SPd.

Buya kholid

Jarwoto

Asro'i

Marsongkok

Hamdani

Sofwan A.Md

Rahmawati A.Md

Abdul kohar Qodri

Dewi Vidiani S.Pd

Rokhima AMd

Farah gita AM.d

Evi SE

Rabu, 23 Juli 2008

Cerita Indah

Seorang Kakek (seoarang Muslim) hidup di suatu perkebunan
di suatu pegunungan sebelah timur Negara bagian
Kentucky (Amerika) dengan cucu lelakinya yg masih muda.
Setiap pagi Kakek bangun lebih awal dan membaca Quran di meja
makan di dapurnya. Cucu lelaki nya ingin sekali
menjadi seperti kakeknya dan mencoba untuk menirunya
dalam cara apapun semampunya. Suatu hari sang cucu nya
bertanya, " Kakek! Aku mencoba untuk membaca Qur'an
seperti yang kakek lakukan tetapi aku tidak
memahaminya, dan apa yang aku pahami aku lupakan
secepat aku menutup buku. Apa sih kebaikan dari
membaca Qur'an?"
Dengan tenang sang Kakek dengan mengambil keranjang
tempat arang, memutar sambil melobangi keranjang nya
ia menjawab, " Bawa keranjang ini ke sungai dan bawa
kemari lagi penuhi dengan air."
Maka sang cucu melakukan seperti yang diperintahkan
kakek, tetapi semua air habis menetes sebelum tiba di
depan rumahnya.
Kakek tertawa dan berkata, "Lain kali kamu harus
melakukukannya lebih cepat lagi," Maka ia menyuruh
cucunya kembali ke sungai dengan keranjang tsb untuk
dicoba lagi. Sang cucu berlari lebih cepat, tetapi
tetap, lagi2 keranjangnya kosong sebelum ia tiba di
depan rumah. Dengan terengah-engah, ia berkata kepada
kakek nya bahwa mustahil membawa air dari sungai
dengan keranjang yang sudah dibolongi, maka sang cucu
mengambil ember sebagai gantinya.
Sang kakek berkata, " Aku tidak mau ember itu; aku
hanya mau keranjang arang itu. Ayolah, usaha kamu
kurang cukup," maka sang kakek pergi ke luar pintu
untuk mengamati usaha cucu laki-lakinya itu. Cucu nya
yakin sekali bahwa hal itu mustahil, tetapi ia tetap
ingin menunjukkan kepada kakek nya, biar sekalipun ia
berlari secepat-cepatnya, air tetap akan bocor keluar
sebelum ia sampai ke rumah.
Sekali lagi sang cucu mengambil air ke dalam sungai
dan berlari sekuat tenaga menghampiri kakek, tetapi
ketika ia sampai didepan kakek keranjang sudah kosong
lagi. Sambil terengah-engah ia berkata, " Lihat Kek,
percuma!"
" Jadi kamu pikir percuma?" Jawab kakek.
Kakek berkata, " Lihatlah keranjangnya. "
Sang cucu menurut, melihat ke dalam keranjangnya dan
untuk pertama kalinya menyadari bahwa keranjang itu
sekarang berbeda. Keranjang itu telah berubah dari
keranjang arang yang tua kotor dan kini bersih, luar
dalam.
"Cucuku, hal itulah yang terjadi ketika kamu membaca
Qur'an. Kamu tidak bisa memahami atau ingat segalanya,
tetapi ketika kamu membaca nya lagi, kamu akan
berubah, luar dalam. Itu adalah karunia dari Allah di
dalam hidup kita."
Jika kamu merasa email ini patut dibaca, maka
lanjutkanlah ke teman-temanmu.
Seperti sabda Nabi Muhammad (SAW) :
" Bagi siapa saj
ja yang membawa kebaikan maka akan
mendapat ganjarannya"
--
Sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang
Sepenggal kata mutiara
"Teman yang baik adalah seseorang yang dapat berkata BENAR kepada kita,
dan bukan orang yang selalu MEMBENAR-BENARKAN perkataan kita, tanpa koreksi dan NASIHAT."
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.